Muncul Ide Impor Guru dari Jawa ke Batola, Bagaimana Bisa?
Seluruh rangkaian debat Pilkada Barito Kuala (Batola) 2024 sudah berakhir, Senin (18/11/2024) malam. Dari sekian masalah, ide impor guru dari Jawa cukup banyak menjadi perhatian.
KABARKALSEL.COM, BANJARMASIN - Seluruh rangkaian debat Pilkada Barito Kuala (Batola) 2024 sudah berakhir, Senin (18/11/2024) malam. Dari sekian masalah, ide impor guru dari Jawa cukup banyak menjadi perhatian.
Sama seperti debat pertama, debat kedua atau terakhir berlangsung di Auditorium TVRI Kalimantan Selatan.
Sementara tema yang diusung adalah keserasian pembangunan daerah dengan provinsi dan nasional, memajukan daerah dan memperkokoh Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Kesempatan itu pun tak disia-siakan para pasangan calon mempertajam visi misi dan program. H Bahrul Ilmi-Herman Susilo mendapat kesempatan pertama, dilanjutkan H Rahmadian Noor-H Sumarji, dan diakhir Mujiyat-Fahrin Nizar.
Kemudian para pasangan calon juga bergantian menjawab pertanyaan dari panelis, atau saling melontarkan pertanyaan. Salah satu yang dipertanyakan adalah tentang pendidikan.
Tertuju kepada Rahmadian Noor-Sumarji atau pasangan calon nomor urut 2, panelis mempertanyakan strategi dan inovasi agar terjadi pemerataan kualitas pendidikan di seluruh wilayah, terutama di daerah yang masih terpencil.
Adapun latar belakang pertanyaan berupa data Badan Pusat Statistik (BPS) 2023 yang menyebutkan capaian rata-rata sekolah di Batola adalah 7,74 tahun atau peringkat dua terendah di Kalsel.
Sumarji yang bertugas menjawab pertanyaan, mengawali dengan menjelaskan bahwa angka 7,74 tahun menandakan rata-rata capaian sekolah di Batola adalah kelas VIII (kelas II SMP).
"Sebenarnya pendidikan di Batola sudah cukup merata. Batola memiliki 430 lembaga PAUD, 275 sekolah dasar negeri dan swasta, belum termasuk MTs. Kemudian 83 SMP," beber Sumarji.
"Masalahnya adalah penyebaran guru yang belum merata. Untuk daerah terisolir, jumlah guru masih kurang. Kedepan ini yang menjadi prioritas kami agar daerah terpencil mendapatkan guru yang cukup," tegasnya.
Menanggapi jawaban Sumarji, Herman Susilo juga menegaskan pendidikan sangat penting. Terlebih Batola menempati ranking kedua terakhir di Kalsel.
"Tadi paslon 2 menyebutkan masalah guru. Guru banyak di Jawa. Banyak yang menganggur. Itu bisa dimanfaatkan, tetapi harus disiapkan insentif dan honor yang sesuai," jawab Herman.
"Kita berkoordinasi dengan dosen, jadi tenaga pengajar di Jawa itu banyak sekali. Ini adalah peluang kita. Bisa kita manfaatkan, tetapi harus disesuaikan dengan kesejahteraan guru. Ini yang menjadi poin pentingnya untuk kita," imbuhnya.
Seusai mendengar tanggapan tersebut, Sumarji dengan tegas tidak sependapat dengan ide harus mendatangkan guru dari luar Kalimantan.
"Kita sudah cukup, karena sudah mengangkat PPPK lebih dari 1.000 orang. Cuma pemerataan yang perlu dipikirkan," sahut Sumarji.
"Bahkan program pemerintah pusat di tahun 2024, masih ada pengangkatan kembali. Juga karena stok honor masih banyak yang belum terangkat. InsyaAllah Batola bisa memenuhi jumlah guru sendiri," sambungnya.
Sementara Fahrin Nizar yang dimintai tanggapan tentang persoalan tersebut, lantas memaparkan ide soal mengangkat tenaga honorer dari warga setempat.
"Alasannya supaya mereka bisa fokus membina anak-anak sekolah setempat. Banyak pemuda-pemuda di Batola yang sekolah keguruan, tetapi belum mendapat kesempatan berkarier di Batola," sambungnya.
Sementara dalam keterangan pers seusai debat, Herman menegaskan pernyataan tersebut sudah sesuai dengan pertanyaan.
"Karena pertanyaanya adalah tidak ada guru sama sekali. Itu yang menjadi jawaban kita, bahwa di Jawa itu masih banyak guru," tegas Herman.
"Kalau pun ada, tidak mungkin saya mencari dari luar. Gunanya untuk transfer ilmu dan juga minimal kekurangan pendidikan tercakup semua," tutupnya.
What's Your Reaction?