Geopark Meratus Siap Dinilai Menuju UNESCO Global Geoparks

Sekitar sebulan menjelang penilaian, Geopark Meratus telah siap menjalani penilaian menuju UNESCO Global Geoparks (UGGp).

Jun 2, 2024 - 07:02 Wita
Jun 2, 2024 - 07:03
Geopark Meratus Siap Dinilai Menuju UNESCO Global Geoparks
Pulau Sewangi di Barito Kuala yang termasuk rute barat dalam Geopark Meratus. Foto: Antara

KABARKALSEL.COM, BANJARMASIN - Sekitar sebulan menjelang penilaian, Geopark Meratus telah siap menjalani penilaian menuju UNESCO Global Geoparks (UGGp).

Kesiapan dipastikan melalui inspeksi yang dilakukan Komite Nasional Geopark Indonesia (KNGI), bersama sejumlah lembaga kementerian dan Badan Pengelola Geopark Meratus (BPGM) selama tiga hari sejak 30 Mei hingga 1 Juni 2024 di enam kabupaten/kota.

"Setelah mengunjungi beberapa situs dan berinteraksi dengan pengelola, pengelolaan situs Geopark Meratus sudah cukup tertata," papar Ketua Dewan Pakar KNGI, Profesor Mega Rosiana, seperti dikutip dari Antara, Minggu (2/6).

"Namun ditemukan beberapa hal yang harus dibenahi, sebelum kedatangan tim penilai. Misalnya sarana prasarana tidak boleh kumuh dan kotor, tata letak permukaan situs, solusi menghemat waktu perjalanan," imbuhnya.

Pengelola setiap situs juga diperbolehkan menggunakan bahasa daerah dalam pemaparan, karena BPGM pun menyiapkan penerjemah bahasa internasional.

"Hal yang tidak kalah penting adalah masyarakat terlibat dan peduli. Seindah apapun situs geopark, tidak akan bisa menjadi geopark tanpa masyarakat," tegas Mega. 

Sementara Dewan Pakar KNGI, Safri Burhanuddin, mengingatkan BPGM harus lebih fokus menyiapkan dan memanajemen situs yang perlu dikunjungi UNESCO. 

"Salah satunya memilih situs yang lebih efektif jarak dan waktu tempuh. Kemudian karena situs geopark memiliki komponen geologi, flora dan fauna, budaya, setiap komponen harus mewakili setiap wilayah," tuturnya.

Geopark Meratus sendiri memiliki 54 situs yang terbagi menjadi rute barat, utara, timur dan selatan.

Terdapat 9 situs di rute barat sepanjang 85 kilometer. Mulai dari Pasar Terapung Lok Baintan, Museum Wasaka, Kampung Tradisional Sasiringan, dan Galeri Terapung Sasirangan, 

Kemudian Rumah Adat Tradisional Banjar, Pulau Kembang, Pembuatan Kapal Tradisional Sewangi, Pemandangan Tongkang Batu Bara, dan Konservasi Bekantan Curiak.

Adapun rute utara sepanjang 188,15 kilometer meliputi Rumah Adat Bubungan Tinggi dan Gajah Baliku, Singkapan Batubara Formasi Tanjung, Sejarah Tambang Oranje Nassau, Goa Batu Hapu, Desa Kalayangan Dandang Dengung, Masjid Keramat.

Selanjutnya Sentra Dodol Kandangan, Balai Adat Malaris, Arum Jeram Rakit Bambu, Pemandangan Bukit Kantawan, Air Terjun Kilat Api, Mata Air Panas Tanuhi, Pemandangan Bukit Langara, dan Tebing Batugamping Batu Laki.

Berikutnya rute timur sepanjang 68,68 kilometer memiliki 17 situs yang meliputi Batu Sekis Sei Kambang, Matang Kaladan Panoramic, Bendungan Riam Kanan, Jejak Longsoran Bukit Tiwingan, Perikanan Danau Riam Kanan, Rumah Panggung Tebing Danau, Pulau Ulin.

Lalu Gunung Api Purba Bawah Laut, Pulau Bekantan, Pulau Pinus, Situs Arkeologi Pulau Sirang, Pohon Saksi Bisu Ba’ah, Desa Belangian, Hutan Hujan Tropis Kahung, Makam Keramat Tenggelam, Pemukiman yang Ditenggelamkan, serta Batupasir Pembawa Intan.

Sedangkan rute selatan sepanjang 67,44 km yang meliputi Taman Hutan Hujan Tropika, Pembuatan Tradisional Purun, Kampung Jamu dan Obat Tradisional, Museum Lambung Mangkurat, Pusat Informasi Geopark, Taman Konservasi Anggrek, 16 Habituasi Satwa Endemik.

Selanjutnya Batu Kulit Ular, Masjid Bambu Kiram, Monumen Legenda Pangeran Suryanata, Penambangan Tradisional Intan Cempaka, Toko Sasirangan, Pesanggrahan Belanda Mandiangin Tahura Sultan Adam, serta Pemandangan Puncak Tahura Sultan Adam.

"Hasil evaluasi KNGI akan menjadi bahan koreksi BPGM dalam pengelolaan situs geopark, terutama terkait kebersihan lingkungan," jawab Hanifah Dwi Nirwana, Ketua Harian BPGM.

"Kami juga telah beberapa kali menggelar pelatihan untuk pengelola, karena geopark adalah milik bersama sehingga harus melibatkan seluruh pemangku kepentingan," tutupnya.

Seandainya disetujui oleh UNESCO, Geopark Meratus akan menjadi UGGp kesebelas di Indonesia setelah Geopark Batur, Geopark Gunung Sewu, dan Geopark Gunung Rinjani. 

Kemudian Geopark Ciletuh, Geopark Belitung, Geopark Kaldera Danau Toba, Geopark Ijen, Geopark Maros Pangkep, Geopark Merangin Jambi, dan Geopark Raja Ampat.

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow