Mujiyat-Fahrin Bawa Kabar Gembira Untuk Petani dan Perajin Purun Batola
Sebuah kabar gembira dibawa Mujiyat-Fahrin Nizar untuk petani dan perajin purun di Barito Kuala (Batola).
KABARKALSEL.COM, BANJARMASIN - Sebuah kabar gembira dibawa Mujiyat-Fahrin Nizar untuk petani dan perajin purun di Barito Kuala (Batola).
Kabar tersebut disampaikan ketika mereka menjawab pertanyaan panelis dalam debat perdana Pilkada Batola 2024, Minggu (10/11).
Diketahui purun (lepironia articulata) merupakan salah satu tanaman yang dimuat dalam lambang Batola. Namun luasan tanaman purun di Bumi Selidah semakin menyusut.
Bahkan hingga akhir 2022, tanaman purun hanya seluas 873 hektare, lalu menyusut lagi hingga 736 hektare setahun kemudian.
Hal itu berbanding terbalik dengan tanaman monokultur seperti sawit yang memiliki luas 5.000 hektare hingga akhir 2022. Hanya setahun kemudian, luas tanaman sawit bertambah lagi menjadi 6.000 hektare.
Fakta tersebut menjadi tantangan yang tidak ringan. Makanya sempat muncul anekdot agar purun di logo Batola diganti dengan gambar pohon sawit.
"Purun adalah kategori hasil pertanian local genius Batola. Untuk mempertahankan eksistensi purun, dibutuhkan kesiapan lahan," papar Mujiyat.
"Sesuai karakteristik purun, harus ditentukan daerah-daerah yang cocok untuk ditanami. Di antaranya Kuripan, Belawang dan daerah lain di dataran rendah," timpal Fahrin.
Tidak hanya lahan, semua yang terlibat dengan purun harus menjadi tanggung jawab pemerintah. Mulai dari subsidi kepada petani, hingga pemasaran produk.
Kalau hasil karya purun sudah dapat menjadi konsumsi nasional, diyakini masyarakat mampu memperoleh jaminan hidup sendiri.
"Makanya kami berkeyakinan bahwa purun tidak bisa disandingkan dengan sawit, karena sebuah budaya merupakan latar belakang yang hebat," tegas Mujiyat.
"Terlebih kalau kemudian karya purun dari Barito Kuala ikut terpampang di Ibu Kota Nusantara (IKN)," tutupnya.
What's Your Reaction?